Sabtu, 10 Desember 2011

-HaeYeRies- My Sadness Birthday




Title : -HaeYeRies- My Sadness Birthday

Author : Stella Park

Main cast : Lee Donghae and Park Jihye

Other cast : Super Junior

Leght : Oneshoot ( Sequel )

Genre : Romance.


Just stay away from the girls!!!!!!


“Saeng-ill chukkae, Donghae-shi..” Jihye berseru riang sambil tersenyum bahagia.
Begitu pula yang Donghae rasakan di hari jadinya tahun ini. Jarang-jarang ia bisa mendapatkan libur seharian penuh, dan yang lebih menyenangkan adalah ia mendapatkannya tepat saat hari ulang tahunnya. Rencana “Romantic Birthday Date” yang selama ini ia impikan akhirnya bisa terwujud.

Donghae benar-benar mengajak Jihye menghabiskan waktu di hari ulang tahunnya berdua, hanya berdua. Tidak ada Leeteuk yang mengawasi mereka atau member Super Junior lainnya yang selalu mengganggu acara romantis mereka. Hanya ada mereka berdua, Lee Donghae dan Park Jihye.


Tak bosan-bosannya Donghae memandangi gadis manis di depannya. “Donghae-shi, berhenti menatapku seperti itu, atau aku akan menerlfon Jungsoo oppa!” Donghae hanya tersenyum mendengar gertakan Jihye. Mana mungkin Leeteuk akan datang kemari, hyung-nya itu ‘kan selalu tidur bila ada waktu luang.


Jihye masih asyik memakan cake di depannya, tanpa menyadari Donghae masih terus saja mengawasi setiap gerak-geriknya. “Aigoo, benarkah kau sudah berumur 20 tahun?” tanya Donghae dengan wajah jahil.


“Waeyo?” Jihye sejenak sibuk mencari cermin dari dalam tasnya. Jihye menatap pantulan wajahnya di cermin. “Omo”, kagetnya saat melihat sudut bibirnya dipenuhi krim cake.


Donghae menahan tangan Jihye, saat yeoja itu ingin membersihkan sudut bibirnya dengan tissue. Ia bangkit dari tempat duduknya, Donghae menarik Jihye agar mendekat kearahnya. Keduanya memejamkan mata mereka. Perlahan tapi pasti Donghae mencondongkan kepalanya ke depan.

Bwwuuzzz…

“Saeng-ill chukkahamnida… Saeng-ill chukkahamnida… Saeng-ill chukkahamnida…Sarangha neun uri-Fishy, Saeng-ill chukkahamnida”

Donghae mendengar suara gaduh –yang entah berasal dari mana, tapi suara gaduh semakin lama semakin jelas. Ia mendengar lantunan lagu selamat ulang tahun. Samar-samar ia bisa melihat orang-orang di sekitarnya. Donghae mengerjapkan matanya, berharap penglihatannya bisa lebih jelas.


Leeteuk hyung, Yesung hyung, Shindong hyung, Sungmin hyung, Monkey, Wookie, Uri evil-magnae…Bukankah tadi Jihye yang ada di depanku?


“Wah, sepertinya dia belum bangun” ujar Leeteuk sambil membenarkan letak kacamata fullframe yang bertengger di hidungnya. “Bagaimana bila kita menggunakan metode Water Screen bersama-sama?” teriak Leeteuk bersemangat sambik mengangkat botol air mineral di tangannya.

Water Screen???

“Ireona-sseo hyung!!!”

Membayangkan member Super Junior meminum air dalam botol mineral –yang di bawa Leeteuk, lalu menyemburkan apa yang mereka minum ke wajah tampannya membuat kesadaran panca indranya pulih 100%. Water screen adalah metode terakhir yang sering Leeteuk gunakan untuk membangunkan member Super Junior. Hanya dia dan Kyuhyun yang belum pernah dan berharap tidak akan pernah merasakan ‘Water screen’ –karena ia yang selalu bangun paling pagi dan Leeteuk selalu takut melakukan metode itu kepada si evil magnae

Jadi yang tadi itu hanya mimpi? Sesal Donghae dalam hati. Ternyata kencan romantic itu memang benar-benar hanya ada dalam angannya.

“Donghae-ya, cepat tiup lilinnya!! Cake manis itu sudah memanggil-manggil ingin segera kumakan” rajuk Shindong membuyarkan lamunan Donghae.

Donghae berfikir sejenak. Mana bisa dia meniup lilin tanpa ada Jihye di sisinya. Donghae tetap ingin menanti kekasihnya itu datang. Sisi melankolisnya kembali menyeruap ke permukaan.

“Haruskah kita menunggu Jihye? Bukankah dia tidak mungkin datang?” entah sadar atau tidak Eunhyuk mengucapkan kalimat itu. Si monkey langsung memdapat hadiah tatapan evilness dari magnae mereka.

Donghae menundukan kepala dalam. Sudah lebih dari 2 hari ini Jihye tidak menghubunginya dan setiap kali ia mencoba menelfon juga tidak diangkat.

Sejujurnya Donghae amat sangat tahu mengapa Jihye bersikap seperti itu padanya. Tapi mau bagaimana lagi, semua yang ia lakukan merupakan cerminan tanggung jawabnya terhadap perusahaan yang telah membesarkan namanya. Donghae hanya berharap Jihye bisa mengerti dengan pilihan yang ia ambil dan konsekuensi dari pilihan itu, tapi ia salah. Mungkin Jihye merasa benar-benar sangat berat untuk mendukung pilihannya kali ini.

Aku hanya berharap kau selalu ada di sisiku, menangis dan tertawa bersamaku.

Donghae mendongakkan kepalanya lalu meniup lilin-lilin kecil –yang menghiasi kue ulang tahun di hadapannya diiringi sorak-sorai orang-orang yang ada di ruangan itu.

Suasana sunyi senyap di pagi buta tanggal 15 Oktober 2011, berubah ramai dan penuh suka cita karena pesta kejutan yang di buat member Super Junior khusus untuk seorang Lee Donghae. Walau sebenarnya Donghae merasa tetap ada yang kurang dalam kebahagiaan yang ia rasakan di hari jadinya tahun ini.

---

-Incheon Apartement-

Jihye keluar kamar dengan baju semi formal pagi ini. Hot pants hitam, tank top putih, ditambah jas dengan warna pink pastel membuat kulit putihnya terlihat semakin mempesona.

Jihye langsung berjalan menuju dapur apartementnya yang sedari tadi terus menyebarkan bau-bau harum. Bila sudah seperti ini pasti Jihyun sedang memasak sarapan untuk penghuni apartement itu.


“Jihyun-ah, apa yang kau lakukan?” Jihye menarik kursi meja makan, lantas duduk di atasnya. “Untuk apa makanan sebanyak itu?” tambahnya sambil menunjuk box berisi makanan yang tercecer di atas meja. Jarang sekali sepupunya itu memasak begitu banyak makanan apalagi saat pagi hari seperti ini.

“Ini kimchi, ddeokbokki dan gimbap untuk oppadeul, scadule mereka akhir-akhir ini semakin padat jadi Ryeowook oppa mungkin tidak sempat membuatnya”, jawab Jihyun sambil menutup box makanan itu satu per satu. “Lalu ini jajangmyeon”, tambahnya tanpa menyebutkan untuk siapa makanan itu ditujukan. “Dan yang terakhir sup rumput laut untuk Donghae oppa, sebagai permintaan maafku karena malam ini mungkin aku tidak bisa datang ke pestanya”, tambahnya lagi sambil memutar kencang tutup termos.


Jihye membuka aplikasi kalender di ponselnya. 15 Oktober 2011, My Lovely Prince birthday. Jihye mengangguk-angguk mengerti. Ternyata ia melupakan ulang tahun kekasihnya sendiri. Jihye berniat menelfon Donghae, tapi ia lantas mengurungkan niatnya saat teringat apa yang terjadi di antara mereka berdua beberapa hari ini. Akan ada banyak orang yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya, jadi tanpa sebuah kata selamat ulang tahun dariku semuanya juga akan baik-baik saja, pikirnya.


“Dan jangan lupa membawanya, saat eonni ke dorm Suju” Jihyun menggendong Cheonsa, membawa bocah itu berjalan mendekati pintu. “Nan kkalke, eonni” ujarnya dan langsung menghilang di balik pintu apartement –yang tertutup rapat, sebelum Jihye sempat mengatakan apapun.

“Dasar evil, seenaknya saja menyuruh orang, aku bahkan lebih tua darimu Park Jihyun”, cibirnya.

Jihye mengamati box di depannya, tangannya bergerak membuka salah-satu penutup box. Jihye memasukkan sepotong gimbap ke dalam mulutnya, merasakan nasi isi bungkus rumput laut itu saling bergesekan di mulutnya. Sejenak mengagumi makanan yang terlihat biasa tapi terasa begitu enak saat Jihye memakannya. “Kau seharusnya menjadi seorang koki, Park Jihyun”, cibirnya lagi. Jihye memang selalu iri dengan kemampuan memasak sepupunya itu.

Jihye hanyut dalam pikirannya sendiri sambil melahap potongan gimbap yang kedua. Ia berfikir sepertinya ada sesuatu yang salah di sini. “YAKK!! PARK JIHYUN SIAPA BILANG AKU AKAN PERGI KE PESTANYA?!?” Jihye berteriak sekuat tenaga seakan Jihyun masih bisa mendengarnya. Jihye kembali mencibir dirinya sendiri yang kembali –dengan mudahnya, masuk perangkap Jihyun.

Jihye kembali melanjutkan acara sarapan paginya yang sempat tertunda, tanpa memperdulikan pesan Jihyun –sebelum yeoja itu berangkat. Masalah itu bisa di urus nanti, yang terpenting sekarang adalah cacing-cacing di perutnya mulai berdemo meminta asupan gizi. Tangan kanannya bergantian memainkan sumpit dan sendok, sedangkan tangan kirinya sibuk menari-nari di atas layar i-pad.

Jihye mulai memeriksa jadwalnya hari ini. Jihye memang terbiasa membuat jadwal dari setiap kegiatan yang akan ia lakukan dan sekecil apapun kegiatan itu. Hidupnya sangat terorganisir bahkan kadang terkesan perfectionist. Tapi itu semua membentuk pribadinya menjadi sangat disiplin.

“Latihan fisik sampai jam 1 siang, lalu latihan utama yang mungkin berakhir jam 6 sore” tangannya memainkan scroll ke bawah. “Masih ada fitting kostum untuk showcase minggu depan?” tanyanya pada diri sendiri. Ada sedikit perasaan menyesal yang terselip dalam lubuk hatinya.

“Aigoo, Park Jihye ingatlah perkataanmu 3 hari yang lalu!” Jihye memukul pelan kepalanya sendiri. “Matja, aku tidak akau datang kepadanya sebelum dia sadar akan kesalahan yang ia lakukan”, seru Jihye memantapkan niatnya.

Merasa tenaganya telah terisi penuh, Jihye beranjak ke dapur untuk mencuci alat makan yang baru saja ia pakai. Walau tidak bisa memasak seenak masakan Jihyun, tapi bila untuk urusan kebersihan Jihye lebih memperhatikannya dari pada Jihyun.

Jihye membereskan barang-barang yang akan ia bawa. Ponsel, dompet, i-pod, i-pad, air minum, baju ganti, alat make-up, semuanya sudah siap dan tertata rapi dalam tasnya. Ia membawa 2 tas, 1 tas slempak wanita warna pink –senada dengan jas yang ia pakai, berisikan barang-barang berharga seperti dompet, ponsel, i-pod dan i-pad. Dan 1 tas ransel yang berisikan pakaian ganti dan sedikit alat make-up.

Jihye menenteng 2 tas itu keluar apartement. Setelah memastikan pintu apartement terkunci rapat, Jihye berjalan menuju lobby apartement dimana mobilnya berada. Tak berselang lama setelah membenarkan posisi duduknya di dalam mobil dan memakai seatbelt, Jihye mulai mengemudikan mobilnya keluar kompleks apartement. Kecepatan mobil mulai bertambah saat memasuki jalan tol menuju ke arah Seoul.

Sambil terus berkonsentrasi dengan jalanan di depannya, Jihye memasang earphone –mencoba nenghubungi seseorang. “Yeoboseyo, Jihyun-ah. Jadwalku sangat padat hari ini, jadi mungkin aku tidak bisa mengantarkan pesananmu. Kalau kau memang tidak bisa datang suruh seseorang mengantarnya, araseo? Ooohh, keureom” Jihye dengan cepat memutuskan sambungan telfon –sebelum seseorang di seberang telfon sempat membantah kata-katanya.

Bukankan hidup itu sangat mudah? Jalani hidupmu seperti air mengalir maka akan kau temuai kemudahan-kemudahan yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya di depan sana.

---

-SMent building-

Dentingan keyboard dan ketukan-ketukan kecil yang dibuat pelatih, tidak meningkatkan daya konsentrasi Donghae. Setiap kali ada suatu masalah yang sedang ia pikirkan, keadaan seperti ini pasti akan terjadi.

Saat ini bahkan jam makan siang telah berlalu, tapi masih tidak ada satupun pesan atau bahkan telfon dari yeoja-nya. Semanjak tadi pagi Donghae tidak pernah melepaskan perhatiannya dari i-phone maupun blackberry miliknya. Terus menunggu kedua benda itu berdering, tapi sayangnya setiap kali bordering, kedua benda itu bukan membawa pesan dari seseorang yang ia nanti. Itu semua membuatnya benar-benar tidak bisa berkonsentrasi.

“Oppa, ini sudah kesepuluh kalinya kau melakukan kesalahan di part yang sama!” Seohyun –partner duetnya, mulai merasa kesal. “Aku sudah berusaha sebaik mungkin, bisakah kau sedikit saja menghargai upayaku?” lanjutnya sambil sedikit menunjukan muka aegyo andalannya –yang bagi Sone terlihat menawan, tapi membuat Donghae merasa risih. Donghae memang termasuk tipikal pria yang manja, tapi ia tidak terbiasa melihat seorang yeoja bersikap manja di depannya dan ia juga tidak menyukai itu.

“Yonho-shi, sepertinya aku tidak bisa meneruskan latihan hari ini”, Donghae menghela nafas panjang setelah mengatakannya. “Jeongmal jeosonghamnida”, Donghae agak sedikit membungkukan badan, tanda permintaan maafnya.

Ia berjalan keluar ruangan itu. “Mianhae Seohyun-ah”, ujarnya saat melewati Seohyun –yang terus berdecak kesal.

Donghae berjalan menyusuri lorong-lorong –yang menghubungkan satu ruangan dengan ruangan lainnya. Langkahnya terhenti di depan pintu dengan tulisan ‘Super Junior’ di depannya. Donghae dapat mendengar alunan music dari dalam. Sepertinya member Super Junior masih latihan untuk persiapan on air di Inkigayo sore ini.

Donghae memutar knop pintu perlahan-lahan. Tidak ingin menimbulkan suara sedikitpun. Donghae langsung berjalan ke pojok ruangan, duduk menyendiri sambil terus memandangi ponselnya.

Biasanya member Super Junior yang paling semangat bila ada latihan adalah dirinya, tapi hari ini semuanya berubah hanya karena satu orang. Padahal hari ini dalam Inkigayo ada dance performance dari beberapa lead dance Super junior, dan ia termasuk di dalamnya. Di ruangan itu ia bisa melihat Eunhyuk, Shindong, Sungmin dan Kyuhyun sedang menghafalkan gerakan dance yang sudah mereka siapkan beberapa hari yang lalu. Eunhyuk terlihat sudah benar-benar frustasi mengajari Kyuhyun –bocah itu memang susah mengerti gerakan dance tapi bila sudah menguasai suatu gerakan dongsangnya itu bisa sangat mempesona seperti Eunhyuk, “Donghae-ya, bantulah aku mengajari si bodoh ini”, ujar Eunhyuk dengan muka memelas kepadanya dan langsung mendapat tatapan death glare dari Kyuhyun.

Donghae tidak memperdulikan kata-kata Eunhyuk dan sibuk menghubungi seseorang. Ia dapat mendengar nada sambung, tanda ponsel yeoja itu masih tetap aktif. Satu menit. Dua menit. Tiga menit. Ia terus menunggu hingga lima menit namun tidak ada jawaban yang mungkin bisa melegakan hatinya. “Sampai kapan kau akan mengacuhkanku seperti ini?” ujarnya sambil menatap layar ponselnya, disana terpampang foto seorang gadis manis yang sangat ia sayangi. Mata bulat gadis itu, kapan terakhir ia melihatnya. Rambutpanjang gadis itu, kapan terakhir membelainya. Park Jihye, kapan terakhir Donghae bertemu dengannya?

Mungkin baru seminggu tapi Donghae merasa sangat lama, berbeda saat ia harus tour keluar negeri dan Jihye tidak bisa ikut karena ada pertunjukan theater yang harus ia bintangi. Karena saat ini hubungan mereka sedang dalam keadaan tidak baik.

“Haish, sampai kapan kau akan memikirkannya? Bukankah masih ada aku di sini?” kata Eunhyuk yang sudah ada di sampingnya, sibuk membersihkan keringat yang mengucur di wajahnya.

Donghae berdecak sebal lantas tersenyum menanggapi sikap pasangan EunHae couple-nya itu.”Diamlah, kau juga kerap jadi bahan perdebatan kami”, ujarnya santai.

Eunhyuk merangkul pundak donghae dan berkata, “Tapi tetap saja EunHae couple tetap abadi selamanya.”

“Bila Jihye melihat adegan ini, bukankah ia akan semakin mengacuhkanmu hyung?” ujar Kyuhyun sambil memamerkan evil smirk andalannya.

Dongahe menatap Kyuhyun dengan muka datar, “Kau pernah melihat ikan hiu mengamuk? Bila itu terjadi ia akan membakar semua kaset game di kamarmu.”

“Yakk!! Kalian ayo cepat berangkat, kita masih harus check sound di studio!!”

Semua member Super Junior yang ada di ruangan itu langsung keluar, menuruti perintah Sungmin. Setelah berganti baju di kamar mandi, mereka langsung berangkat menuju studio KBS.

---

-SBS Studio-

Seperti biasa penampilan Super Junior berjalan sukses, tanpa ada celah sedikitpun dimata seluruh audience –yang kebanyakan ELF. Audience tampak sangat menikmati tiap lagu yang mereka bawakan. Ikut menyanyi dan menghentakkan kaki seirama dengan lagu. Ditambah lagi dengan battle dence di salah satu lagu, gerakan-gerakan dance yang rapi d an terlatih membuat audience semakin terpukau.

Setelah menyelesaikan penampilan mereka, member Super Junior kembali ke ruang ganti mereka. Di sana sudah ada seseorang yang menunggu mereka, lebih tepatnya seorang gadis dan seorang anak kecil.

“Ohh, Jihyun-ah?” sapa Donghae. Dia yang pertama kali masuk ruang ganti dan saat mendapati Jihyun ada di sana. Ada sedikit harapan bahwa JIhye juga ada di sana.


“Annyeonghaseyo oppadeul..” sapa Jihyun. Yeoja itu berdiri dari tempat duduknya saat semua member Super Junior masuk bergantian.

“Annyeong..” Wooki menirukan perkataan Jihyun sambil menatap orang di sekitarnya satu persatu.

Setelah menyapa Jihyun dan Wooki, member Super Junior langsung sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Leeteuk, Sungmin dan Ryeowook tengah asyik bermain dengan Wooki. Kyuhyun dan Eunhyuk terlihat asyik bertanding game. Shindong dan Yesung sedang menobrak-abrik semua tempat sibuk mencari sesuatu yang bisa mengisi perutnya.

“Jihye eodiya?” tanya Donghae saat orang yang ia cari tidak ada di ruangan itu.

“Jihye eonni?” tanya Jihyun, “Eonni ada jadwal latihan hari ini jadi kemungkinan tidak bisa datang ke privat party oppa nanti malam”, tambahnya.

Harapan yang semula muncul, kini hilang lenyap begitu saja dari diri Donghae. Jihye masih marah padanya.

“Tadi pagi aku menitipkan ini ke eonni”, kata Jihyun membuyarkan lamunannya. Yeoja itu mengeluarkan kotak-kotak berisi makanan dari samping sofa. “Aku pikir dia akan kemari tapi ternyata tidak.”

“Jadi sebenarnya kau tidak ingin kemari?” tanya Kyuhyun –dengan nada ketus, dari kejauhan.

“Hari ini aku ada seminar,kukira mungkin tidak akan sempat datang!”

Donghae tidak memperdulikan perdebatan kedua evil itu. Ia menyambar mantel dan tas ranselnya lalu berlari keluar tanpa berpamitan dengan orang yang ada di ruangan itu. Hari ini aku harus bertemu denagnya dan menyelesaikan semuannya, batin Donghae.

---

-Inha Auditorium Hall-

Sesampainy di tempat latihan Jihye, Donghae bergegas masuk ke dalam gedung itu. Dengan mudah Donghae bisa menemukan ruang latihan Jihye. Ia sudah sangat hafal seluk-beluk gedung itu karena ia sering menjemput atau menemani kekasihnya latihan saat jadwalnya kosong tapi, Jihye sedang ada latihan.

Tanpa berfikir lebih lama, Donghae berjalan mendekati yeoja -yang sedang berakting dengan lawan mainnya itu, menarik tangannya keluar gedung. Jihye nampak sedikit kehilangan keseimbangan saat Donghae tarik agar mau mengikutinya.

Donghae membuka pintu mobil lalu menyuruh Jihye untuk masuk.

“Donghae-shi aku masih ada latihan, mianhae”, ujar Jihye lalu berjalan melewati Donghae.

Donghae langsung kembali menarik tangannya, menghalangi niat gadis itu untuk pergi. Donghae memasksa Jihye masuk mobil. Yeoja itu menurut. Donghae juga masuk ke dalam mobil dan langsung mengendarai mobil Renault seri SM3 miliknya.

-

Mobil yang mereka kendarai mulai memasuki tol. Jihye menengok ke namja di sampingnya. “Setidaknya aku perlu tahu kau akan membawaku kemana!”, ujar Jihye. Nada kesal masih nampak jelas dari setiap kata-katanya. Bagaimana tidak kesal? Latihan hari ini adalah latihan terakhirnya sebelum pementasan besok senin. Ia benar-benar ingin berlatih sekeras mungkin agar penampilannya dalam pementasan bisa sempurna. Namun dengan mudahnya Donghae menarik tangannya dan mengacaukan semua jadwal yang sudah ia buat hari ini.

Tetap tidak ada jawaban dari Donghae. Dari awal perjalanan memang tidak ada satupun dari mereka yang membuka pembicaraan.

“Donghae-shi hari sudah cukup malam, kita akan kemana?” ulang Jihye.

“Tempat yang kau suka.”

Hanya satu kalimat itu yang ia dengar. Selebihnya tidak ada lagi. Suasana tenang di dalam mobil dan rasa lelah akibat latihan fisik tadi siang, membuatnya mengantuk hingga akhirnya tertidur dalam posisi duduk dan kepala bersandar ke kaca samping.

Dalam tidurnya Jihye bermimpi, ia sedang menghabiskan waktu liburan berdua besama Donghae di suatu pantai. Hanya ada mereka berdua di pantai itu. Keduanya berjalan di bibir pantai merasakan air laut dengan telapak kaki mereka. Donghae menggenggam tangannya erat, seakan tidak ingin melepaskannya sedetikpun. Sesekali Jihye menoleh menatap Donghae dan tanpa sepengetahuannya Dongahe juga melakukan hal yang sama. Bila tatapan mereka bertemu, keduanya akan saling melempar senyum yang menimbulkan roma merah di pipi masing-masing. Dalam mimpinya Jihye merasa sangat bahagia. Berada di tempat favoritnya dan bersama seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya.

“Jihye-shi ireona-seyo…”

Jihye merasa ada yang mengusik mimpi indahnya. Perlahan Jihye membuka matanya dan mendapati lagit sudah berubah warna. “Huh? Apakah ini Minggu pagi?” Jihyun bingung menyadari dirinya bangun di hari Minggu pagi. Ia sibuk meneliti jadwalnya yang terorganisir rapi dalam i-pad-nya. “Aigoo, eottokkae? Hari ini harus fitting dan latihan fisik tapi kau malah menarikku pergi, sekarang dimana kita?”

“Berhentilah memikirkan jadwalmu untuk hari ini!!” bentak Donghae. “Aku bahkan membatalkan semua jadwalku hari ini hanya untuk pergi bersamamu!”

Jihye tidak pernah melihat Donghae semarah ini. Dan kata-kata Donghae tadi membuat Jihye mengunci mulutnya rapat-rapat.

Jihye meraih tasnya dan mengikuti Donghae yang sudah lebih dulu keluar dari mobil. Jihye bisa melihat Donghae mengsmbil bucket bunga yang ada di bagasi mobil. Kapan ia membeli bunga? Batin Jihye.

“Bawa ini”, ujar Donghae.

Jihye menerima bucket bunga itu lalu membopongnya dengan hati-hati. Bunga yang sangat indah, membuat Jihye berharap bunga itu untuknya.

Jihye merasakan Donghae menggenggam tangannya lalu menuntunnya menaiki anak tangga menuju ke suatu tempat yang ia tidak ketahui. Jihye melihat jam tangannya, jam 7 pagi. Kemungkinan sekarang ia berada di luar kota.

Jihye sesekali melihat ke sekeliling berusaha mencari tau tempat apa yang sedang ia datangi. Sepertinya Jihye mulai menyadari sesuatu, tapi ia memilih diam hingga Donghae yang memberi tahunya.

Tepat saat mereka menginjak anak tangga terakhir Donghae menatapnya sambil tersenyum. Donghae melepaskan genggaman tangannya lalu berjalan mendekati sebuat batu nisan. Benar, mereka sedang berada di sebuah makam, tapi Jihye tetap tidak mengerti apa maksud Donghae mengajaknya kemari.

Jihye bisa melihat Donghae memberi salam ke arah batu nisan itu. Namja itu berdiri dan terdiam selama beberapa saat.

“Annyeonghaseyo abeoji…”

Jadi mereka sedang berada dimakam ayah Donghae. Jihye hanya diam terus memperhatikan apa yang Donghae lakukan.

“Gwenchanaseyo abeoji? Maaf, aku baru bisa datang berkunjung. Berkat do’a ayah –disana, karierku semakin sukses tapi itu semua membuatku jarang bisa berkunjung ke makam ayah…”

Jihye terus mendengarkan kata-kata Donghae dari kejauhan. Ia bisa melihat sekarang Donghae berjongkok di depan makam ayahnya.

“Ayah tau ‘kan, aku tidak akan melupakan ayah, jadi jangan pernah melupakanku. Walau tidak bisa bersamaku ayah harus terus menjagaku dari sana”

Jihye bejalan mendekati Donghae. Ia meletakan telapak tangannya di bahu Donghae, memberi sinyal agar Donghae selalu kuat. Jihye tau, Donghae sangat dekat dengan ayahnya sama seperti Jihyun. Walau tidak bisa merasakan perasaan Donghae, tapi setidaknya Jihye bisa berdiri di sisinya dan terus menemaninya.

Donghae menoleh kebelakang, ke arahnya. Jihye mengulurkan tangannya sambil tersenyum lalu membantunya berdiri.

“Abeoji, hari ini aku membawa seorang gadis, namanya Park Jihye. Apa ayah akan mengijinkannya menjagaku?” ujar Donghae sambil merangkul bahu Jihye agar mendekat ke arahnya.

“Annyeonghaseyo ahjussi…”, sapa Jihye sambil menundukan badannya.

“Nugu ahjussi? Kau harus memanggil ayahku dengan sebutan ‘abeonim’!” titah Donghae.

Jihye hanya tersenyum kecut mendengarnya. Jihye membungkuk lalu meletakan bunga yang dari tadi ada bersamanya di depan batu nisan. “Maaf, hanya membawakan bunga ini. Aku tidak tau kalau Donghae-shi akan mengajakku mengunjungi makam abeonim”, Jihye bisa melihat Donghae tersenyum –dari sudut matanya saat ia mengunakan sebutan abeonim.

“Lain kali akan aku bawakan makanan kesukaan abeonim.”

-

Mimpi yang menjadi kenyataan, de javu. Mungkin itu yang di alami Jihye sekarang. Ia dan Donghae sedang berjalan di sebuah pantai. Hanya mereka berdua yang sedang menikmati desiran ombak di pantai itu. Donghae juga mengenggam tangannya dengan intens.

“Kau tau nama pantai ini?” tanya Donghae. Pandangan namja itu tetap mengarah lurus ke depan.

“Mollayo…”

“Pantai Donghae… Kau pernah mendengarnya?”

Pantai Donghae? Jihye pernah mendengarnya tapi ia tidak tau dimana letaknya. Tapi sekarang Donghae membawanya ke pantai Donghae.

“Aku sering menghabiskan waktu sendirian disini bila pikiranku sedang kalut. Tapi sekarang dan hari-hari yang akan datang aku tidak ingin kesini sendiri. Kau mau menemaniku ‘kan?” tanya Donghae. Namja itu menghentikan langkah kakinya lalu menoleh menatap Jihye.

Jihye hanya tersenyum, tidak tau harus menjawab apa. Hari ini Donghae sudah berusaha membuatnya merasa lebih baik. Mengunjungi makam ayahnya, Mengajaknya jalan-jalan di Makpao dan yang terpenting membawanya ke pantai –tempat favoritnya. Tapi saat mengingat masalah yang sedang melanda hubungan mereka, ada sedikit ganjalan yang masih tersisa di hati Jihye.

“Kau masih mau marah padaku?? Aigoo jinjja!!” ujar Donghae lalu berjalan pergi meninggalkan Jihye sendirian.

Dari kejauhan Jihye melihat Donghae berjalan menuju mobil. “Apa lagi yang akan ia lakukan?” ujar Jihye sambil perlahan duduk di atas pasir putih. Jihye asyik bermain dengan pasir di kanan-kirinya. Perasaan senang terpancar jelas dari parasnya. Berada di tengah-tengah suasana pantai membuatnya merasa bisa sejenak melupakan segala kepenatan yang ia rasakan. Deburan ombak yang terkadang menyapa jari-jari kakinya, angin pantai yang mulai semakin dingin, pasir putih yang lembut, semua yang ada di sana selalu bisa membuatnya lebih tenang.

My every hope has seemed to die

My eyes had no more tears to cry

Then like the sun shining up above

You surrounded me with your endless love

Coz all the things I couldn’t see are now so clear to me

You are my everything

Nothing your love won’t bring

My life is yours alone

The only love I’ve ever known

Your spirit pulls me through

When nothing else will do

Every night I pray

On bended knee

That you always be

My everything (My Everything – Lee Donghae)

Seorang Super Star, Korean idol, Prince Donghae menyanyikan My Everything diiringi petikan gitar untuk seorang wanita. Petikan gitarnya yang sempurnya ditambah suara lembutnya pasti akan membuat semua yeoja melting.

“Donghae-shi…” dan kali ini Jihye benar-benar luluh dengan apa yang Donghae lakukan.

“Kau tau kan aku hanya akan menyanyikan lagu ini untuk 2 orang yang takkan tergantikan untukku?”

Jihye tau itu. Jihye juga tau siapa yang kekasihnya maksud.

“Karena abeoji sudah meninggal, Park Jihye harus tetap berada di dekatku agar aku bisa tetap menyayikan lagu favoritku untuknya.”

Jihye bisa merasakan tangan Donghae melingkar di bahunya. Donghae menariknya untuk mendekat. Jihye bisa merasakan kehangatan saat Donghae mendekap tubuhnya.

“Jihye will stay in your side, if you stay away from the girls!” kata Jihye dengan nada sedikit memerintah.

“I just will try it…”, jawab Donghae

“Donghae-shi…”, protes Jihye sambil melepaskan diri dari pelukan Donghae.

“Araseo… Araseo…” Donghae kembali menarik Jihye ke pelukannya.

“Saeng-ill chukkae Donghae-shi…”

“Hari ulang tahunku sudah berlalu Park Jihye, kau amat sangat terlambat mengucapkan kalimat itu…”

Jihye hanya tersenyum kecut mendengar kata-kata Donghae.


“Tapi tak apalah, aku akan memaafkanmu karena kau akan selalu menemaniku.”


-ENd-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar