Sabtu, 10 Desember 2011

-JiKyuVeel- Memories



Title : -JiKyuVeel- Memories
Author : Stella Park
Main cast : Cho Kyuhyun, Park Jihyun
Leght : Oneshoot ( Sequel)
Genre : Romance, a little humor.
Backsound : Memories-Super Junior

For those who comes to me and safe my life,
Thank you…

Seoul, Korea Selatan, 2007
Eomma benar-benar keterlaluan. Apa maksudnya membuat kencan buta seperti ini, aku bahkan baru saja ulang tahun yang ke-17. Dan satu lagi, tidak ada apa, namja yang lebih baik dari namja yang kutemui tadi? Kenapa selera eomma jadi seburuk ini?” Jihyun menarik nafas panjang setelah mengomel panjang lebar di sepanjang jalan. Lalu perlahan-lahan ia hembuskan, menimbulkan sedikit asap keluar dari mulutnya.
Malam di kota Seoul memang tidak pernah sepi. Begitu pula dengan jalanan Yeouido. Jalanan cukup ramai, orang-orang dalam balutan pakaian beraneka warna berjalan di sepanjang trotoar dan mobil-mobil berseliweran di jalan raya. Pemandangan yang sangat biasa. Pemandangan sehari-hari yang sering kali diabaikan kebanyakan orang.
Apalagi daun-daun benar-benar lenyap di musim gugur, hanya menyisakan ranting pohon yang terlihat kurus. Membuat suasana romantis semakin kentara menyambut datangnya musim dingin. Banyak warga Seoul yang sengaja meluangkan waktu bersama keluarga dan orang terkasih untuk menikmati suasana seperti ini.
Namun tidak dengan Jihyun. Ia suka sekali mengamati keadaan di sekitarnnya. Orang yang berjalan tergesa-gesa. Klakson mobil yang mulai menggema saat terjadi kemacetan. Menurutnya itu semua menjadi kekhasan tersendiri dari kota kelahirannya.
“Aku akan lebih suka namja yang bisa mengajakku berkeliling kota Seoul seperti mereka,” katanya ringan saat melihat pasangan remaja berjalan bergandengan melintas di hadapannya, sambil sesekali melempar senyum satu sama lain.
Kini ia sedang di tengah perjalanan setelah kabur dari kencan buta yang dibuat ibunya. Kencan aneh yang hanya berisi obrolan ibu-ibu, yang sama sekali tidak ia mengerti.
“Bukan seperti namja tadi,” Jihyun memgingat-ingat wajah namja yang semula akan dijodohkan dengannya tapi langsung ia tolak mentah-mentah. “Tingginya tidak lebih dari tinggi badanku, matanya hanya segaris, dan yang paling penting style-nya nol besar,” cibir Jihyun tanpa henti.
Jihyun memang baru saja putus dengan kakak kelasnya, Leejoon. Mereka putus karena Leejoon diterima menjadi seorang treineer di salah satu manajement artis Korea.
Dan saat ibunya tau, beliau bingung setengah mati, “Bagaimana bisa gadis sepertimu dicampakan seorang pria?” ujar beliau saat itu. Jihyun tau, ibunya memang seperti itu. Selalu membesar-besarkan sesuatu yang tidak penting.
Sebenarnya Jihyun merasa mungkin hubungan mereka harus break untuk sesaat, Jihyun ingin menyiapkan diri untuk menghadapi test kelulusan dan test beasiswa ke luar negeri yang ia impikan. Dan menurutnya keputusan itu berbuah manis, karena nilai-nilainya naik drastis.
Namun apa yang ia pikirkan memang tidak selalu sejalan dengan apa yang orang lain pikirkan. Ibunya berfikir, akan tidak baik bila seorang anak gadis seusia dirinya tidak memiliki kekasih. Benar-benar pemikiran orang tua yang sangat aneh, dan memang seperti itulah pemikiran yang keluar dari wanita –yang  membawanya kemanapun pergi selama 9 bulan 10 hari, ibunya tercinta.
Jihyun melihat bangku kosong di dekatnya. Ia mendekati bangku itu, lalu dengan sekali gerakan, ia menghempaskan punggungnya ke sandaran bangku. “Hufth…” desahnya. Angin dingin yang mulai intens berhembus membuatnya sedikit mengigil.
Jihyun merogoh tasnya untuk mencari ponsel. Ia perlu mendengar suara seseorang saat sedang merasa benar-benar kesal seperti sekarang. Tepat setelah Jihyun menekan tombol dial-up di ponselnya, nada sambung mulai terdengar.
Appa~” sapaan manja darinya langsung terdengar saat telfon terhubung.
Wae? Appa sedang banyak pasien sekarang,” sahut Park Kihwan dari seberang.
Tidak ada jawaban dari Jihyun, hanya suara helaan nafasnya yang cukup keras sehingga terdengar dari seberang telfon. “Gwenchanayo? Eodi-ya? Cepat pulang kita bicara di rumah,” suara Park Kihwan berudah khawatir saat mendengar helaan nafas dari putri kesayangannya itu. “Gwenchana appa ttal.” tambahnya lantas memutuskan sambungan telfon.
Jihyun menutup flap ponselnya. Menggenggamnya erat dengan kedua tangan. “Benar, semua akan baik-baik saja selama appa ada bersamaku,” ujarnya penuh keyakinan lalu melanjutkan perjalanannya.
Ia berjalan mendekati sungai Han yang terhampar luas di depan matanya. “Aaaaahhhhhh…” teriaknya sambil mengenggam pagar pembatas sungai. Mencengkeramnya kuat-kuat berharap beban yang keluar bersamaan dengan teriakannya semakin banyak.
. . .
Drrttt drrtt
Kyuhyun melemparkan psp-nya ke jok mobil. Merasa kesal karena ada yang menggangu acaranya.
Kyuhyun merogoh saku celananya, mengambil ponsel flap-nya. Setelah melihat nama yang tertera di layar ponselnya, ia langsung menekan tombol answer. “Eomma, wae?
Seperti biasa, Kyu eomma menelfon untuk menanyakan keadaan anaknya yang baru dalam tahap pemulihan dari kecelakaan. Hari ini beliau tidak bisa menemani Kyuhyun cheek up dan hanya bisa memantau perkembangan kesehatan Kyuhyun dari telfon.
Araseo, aku akan langsung kembali ke dormNe, aku membawa PSP jadi tidak mungkin aku mampir ke game center, lagipula aku diantar supir SM,” ujar Kyuhyun panjang lebar, sedikit meredakan kekhawatiran eomma-nya. “Ahni, aku merasa sangat bosan saat tadi di rumah sakit, suster yang biasa merawatku sedang ijin, jadi tidak ada orang yang bisa kujahili… Oh, nde…” Kyuhyun menutup flap ponselnya, mengakhiri pembicaraan.
 Kyuhyun menatap lurus keluar jendela mobil. Gemerlap lampu di bantaran sungai Han terlihat dengan jelas. Beberapa saat tertentu terlihat atraksi air mancur yang sangat mengagumkan. Ditambah  ranting-ranting pohon yang sebagian berhiaskan lampu warna-warni, membuat keindahan suasana malam kota Seoul tidak dapat di definisikan lagi. Ia tak pernah menyadari itu semua.
Ahjussi, bisakah biarkan aku jalan-jalan sendiri?” Kyuhyun melihat lawan bicaranya mempertimbangkan tawarannya. “Aku akan ijin ke Leeteuk hyung, kalau kau kena marah, aku akan menanggungnya, nde?” ia berusaha meyakinkan. Ia ingin merasakan menjadi orang biasa yang bisa berjalan-jalan kemanapun tanpa ada yang memperhatikannya, sebelum semuanya berubah.
Kyuhyun menunggu agak lama hingga akhirnya lawan bicaranya menganggukkan kepala tanda setuju. Kyuhyun langsung memakai topi dan scraft  hitam. Ia langsung turun dari mobil. Dan sebelum mobil di depannya pergi, ia sempat menundukan badan sejenak.
Kyuhyun lantas berjalan mendekati sungai Han. Berdiri sambil menyandar di pagar pembatas, merasakan angin sejuk menerpa wajahnya. Rasanya sangat damai. Ia memejamkan mata, menikmati semilir angin sambil ditemani alunan lagu dari earphone yang tersambung dengan i-Phone di sakunya.
Kyuhyun sangat menyukai musim dingin, terutama akan salju yang selalu ada di musim dingin. Maka dari itu dia selalu antusias meyambut datangnya musim yang biasanya dimulai sekitar awal bulan Desember hingga pertengahan Maret itu. Terkadang ia bahkan rela meluangkan waktu khusus untuk sekedar bermain sky, ia benar-benar mahir dalam olahraga ini.
“Aaaaaaahhhhhh…Nappeunum-ah!!” teriakan seorang gadis dari arah kanannya, masih dapat terdengar olehnya walaupun ia memakai earphone. Tapi Kyuhyun tak menghiraukannya, ia hanya membuka mata dan menatap lurus ke depan, menatap lurus hingga ke seberang sungai Han yang hanya bisa telihat titik-titik cahayanya.
Eomma, aku benar-benar tidak menyukai ini semua tapi mengapa eomma terus memaksaku?!” teriakan kedua membuat Kyuhyun geram. Ia menoleh ke kanan berniat memarahi yeoja yang mengganggu ketenangannya. Tapi ia langsung terdiam bahkan sebelum sempat memarahi yeoja  itu.
Ia terlalu kaget karena bisa bertemu dengan yeoja itu. Jihyun terlihat begitu berbeda saat memakai soft dress dibandingkan saat memakai seragam suster seperti yang sering dilihatnya. Rambutnya diikat rapi seperti ekor kuda dengan menyisakan sejumput rambut di kanan-kirinya. Ditambah stiletto tinggi, warnanya senada dengan dress yang ia kenakan. Ia terlihat sangat cantik malam ini.
“Suster Hyun?” gumamnya tak terdengar oleh siapapun. Kyuhyun melepas earphone yang ia pakai, agar dapat mendengar dengan jelas apa yang yeoja itu katakan.
“Susah payah aku memakai semua ini, ternyata hanya untuk sebuah kencan buta?” Kyuhyun melihat yeoja itu melepas stiletto-nya.
Sekarang Kyuhyun mengikutinya berjalan di pinggirang sungai. Terus berjalan dengan kaki terbuka di udara sedingin ini. Benar-benar yeoja yang unik. Sangat bertolak belakang dengan Suster Hyun yang selama ini ia kenal. Park Jihyun yang sedang ia lihat nampak begitu polos, tidak seperti suster Hyun yang biasa merawatnya –selalu terlihat dewasa demi semua kewajibannya.
Klontang…
“Aww!!” seru Jihyun saat kaleng yang ia tendang mengenai kepalanya sendiri.
Kyuhyun berusaha menahan gelak tawanya, saat melihat adegan yang terjadi tepat di depan matanya. Ternyata ia belum benar-benar mengenal first love-nya. Ia pikir Park Jihyun yang asli berkepribadian sama seperti saat ia sedang bertugas. Ternyata Park Jihyun tetaplah gadis polos dan kekanakan seperti kebanyakan yeoja seumurannya.
Pletakk…
“Aww!!” sebuat stiletto mendarat dengan mulus di kepala Kyuhyun. Membuat kepalanya sedikit pusing. Ia terus melihat ke bawah untuk menyeimbangkan tubuhnya yang sedikit oleng.
Aigoo, jeosonghamnida…” suara itu terdengar olehnya diiringi hentakan kaki yang berlari menjauh darinya.
Saat marah, dia benar-benar berbahaya. Kyuhyunl meraih stiletto di dekatnya. Saat ia mendongak ia tidak melihat Jihyun lagi. “Cepat sekali larinya.”
. . .
Jihyun berlari secepat ia bisa. Benar-benar merasa malu. “Hari ini benar-benar hari tersial bagiku,” ujarnya di tengah helaan nafas yang begitu cepat effect dari larinya.
Apakah ada yang lebih buruk dari apa yang ia alami hari ini? Blind date yang hanya membuang-buang waktu. Ponsel lowbath. Dompet tertinggal. Malu karena tanpa sengaja melempar orang dengan high heels yang menyebabkan sebelah high heels kesayangannya hilang. Apa lagi setelah ini? Pikir Jihyun.
Tiba-tiba terdengar suara petir menggelegar. Apakah akan turun hujan?
“Oh no… jangan hari ini, aku mohon,” gumam Jihyun ketika samar-samar merasakan titik-titik air hujan menyapa puncak kepalanya.
Jihyun langsung berlari mencari tempat berteduh. Udara ekstreme di awal musim dingin ditambah guyuran air hujan akan akan membuat tubuhnya langsung drop esok hari. Ia benar-benar butuh tempat berlindung.
Akhirnya Jihyun berteduh di etalase sebuat butik yang telah tutup.
Jihyun mendongak lantas menghembuskan nafas panjang. Uap putih meluncur keluar dari mulutnya dan menghilang dengan cepat. Ia merapatkan jaket karena merasa udara yang bergesekan dengan kulitnya semakin dingin dan memerhatikan hujan yang sepertinya tidak akan berhenti dalam waktu dekat.
Jihyun memandang sekelilingnya. Banyak orang-orang di sekitarnya yang juga sedang menunggu hujan berhenti. Orang-orang yang membawa payung lalu-lalang menembus hujan. Beberapa orang dijemput oleh keluarga atau teman yang membawakan payung, membuat iri orang-orang yang masih berdiri menunggu.
Seandainya saja ponsel yang sekarang berada add di dalam tasnya tidak lowbath, Jihyun pasti sudah menelfon ayahya, Jieun –kakaknya, Joonki –sahabatnya, atau siapa saja yang bisa menolongnya dari jebakan hujan deras yang entah kapan akan berhenti. Jihyun kembali merutuki dirinya sendiri yang tidak membawa barang-barang penting saat bepergian, ia benar-benar ceroboh.
Jihyun menyilangkan tangannya di depan dada sambil bergumam, “Keberuntungan apa yang akan aku peroleh setelah ini?” Jihyun tertawa pendek, “genangan air berpindah kebajuku karena terlindas mobil…atau  bertemu pangeran tampan?” Jihyun hanyut dalam argumentasinya sendiri hingga tak menyadari tinggal ia sendiri yang masih menanti hujan reda.
Jihyun benar-benar tak akan melupakan hari ini, ‘Hari yang mengesankan’
. . .
Bukankah orang-orang akan beranggapan Kyuhyun seorang stallker atau bahkan penguntit, karena tanpa alasan yang pasti sedari tadi ia terus mengikuti seseorang. Kyuhyun juga bingung, mengapa dirinya bertindak seperti ini. Ia hanya merasa kakinya ditarik dengan medan magnet yang sangat kuat untuk terus mengikuti Park Jihyun.
Kyuhyun berdiri tegak di sebuah persimpangan jalan. Berfikir sejenak, menimbang-nimbang jalan mana yang harus dia pilih. Setelah kehilangan jejak Jihyun, ia harus mencari gadis itu sendiri. Aku hanya ingin mengembalikan sepatu ini, pikir Kyuhyun. “Haish…” Kyuhyun mengacak rambutnya bingung, “Semua karena sepatu sialan ini.”
Kyuhyun akhirnya memilih berbelok ke kanan. Ia berjalan santai sambil melihat sekeliling, barangkali menemukan sosok yang ia cari.
Wajahnya yang tidak tertutupi sehelai kain pun mulai memerah karena udara yang semakin dingin. Udara terasa lembab malam ini. Apa hujan akan turun? Dan ternyata benar.
Hujan yang cukup deras turun di awal musim dingin. Kyuhyun berlari menuju halte bus di dekatnya. Kyuhyun terdiam memandangi butiran air yang meluncur indah di depan matanya sambil terus berpikir apa yang harus ia lakukan sekarang.
Jam di pergelangan tangan kirinya telah menunjukan pukul 24.00 KST, bila tidak segera kembali ke dorm ia pasti terpaksa harus mendengarkan pidato panjang-lebar dari semua orang yang ada di sana.
Kyuhyun mengitarkan pandangannya lalu dengan cepat berhenti saat sebuah minimarket 24 jam tetangkap penglihatannya. Tanpa berfikir terlalu lama ia langsung berlari menuju minimarket itu, berniat membeli payung atau raincoat yang bisa melindungi tubuhnya dari serangan hujan.
Kyuhyun merentangkan payung yang baru saja ia beli lalu mulai berjalan keluar dari minimarket. Tangan kanannya masih menenteng high heels Jihyun yang sebelah kanan. “Sudahlah, aku juga bisa menyerahkannya saat check-up minggu depan.”
Kyuhyun akhirnya menyerah dengan dinginnya udara malam ini. Ia memilih kembali ke dorm dari pada terus mencari pemilik sepatu yang sekarang ada di tangannya.
Dorm Super Junior memang tidak terlalu jauh dari lokasi ia berada sekarang. Mungkin hanya sekitar 15 menit bila di tempuh dengan berjalan kaki.
. . .
Hujan hanya menyisakan titik-titik kecil yang mulai jarang berjatuhan, udara yang sangat dingin           –membuat orang-orang yang tidak tahan pasti akan terkena flu keesokan harinya, juga genangan air di beberapa permukaan jalan yang tidak rata memberikan kesan kotor.
Bagi sebagian orang mungkin saat-saat seperti ini adalah saat yang menyenangkan karena biasanya setelah hujan reda mereka bisa melihat pelangi yang indah, tapi bagi Jihyun semua itu adalah bencana. Setelah bercengkrama langsung dengan  hujan ia pasti akan terserang flu akut minimal selama seminggu lamanya, apalagi hujan di musim dingin seperti ini membuat dirinya –yang memang alergi dingin, semakin menderita.
Jalan mulai ramai, orang-orang berlalu lalang dengan langkah sedikit tergesa-gesa mungkin karena sebagian waktu mereka telah terbuang untuk menunggu hujan reda. Jihyun bergabung dengan orang-orang di jalan, mulai melangkah dengan dengan kaki telanjang di tengah jalanan yang licin. Tangan kirinya –yang ada dalam saku mantel, terus mengeluarkan keringat dingin. Besok pasti Appa akan memarahiku, pikir Jihyun. Ayahnya selalu marah bila tahu ia terguyur hujan karena beliau tahu betul air hujan akan membuat keadaan Jihyun drop, Jihyun juga tahu tentang alerginya terhadap udara dingin dan air hujan namun Jihyun selalu saja ceroboh terus-menerus mengulang kesalahannya. “Hatchii…” rasanya lengkap sudah kesialan yang dialaminya hari ini.
Jihyun mulai memasuki area pemukiman penduduk. Rumah, minimarket, tempat sauna, gedung apartement berjajar rapi di kanan kiri jalan yang ia lalui. Kediaman keluarga Park berada di ujung jalan ini, masih lumayan jauh tapi jalan sejauh apapun tidak akan terasa baginya mengingat tujuan yang akan ia capai.
Rumahnya cukup besar untuk ukuran keluarga kecil yang hanya beranggotakan ayah, ibu dan 2 orang anak gadis. Ditambah kakaknya baru saja menikah dan sekarang tinggal bersama suaminya, rumah sekarang terasa sangat luas.Rumahnya dikelilingi taman dengan berbagai bunga koleksi ibunya yang terawat rapi. Arsitektur rumah itu sendiri berkonsep rumah tradisional korea –atau yang biasa disebut hanok, dan diadaptasi dengan beberapa sentuhan modern. Jihyun yakin semua orang yang pernah merasakan aura rumahnya pasti akan merasa betah.
Jihyun merasakan kepalanya menubruk sesuatu -bukan lebih tepatnya seseorang, karena ia bisa melihat sepasang kaki dengan kepalanya yang sedari tadi menunduk tidak memperhatikan jalan di depannya.
Aigoo siapa ini? Bukankah anak Park  Kihwan ahjushi yang sangat hebat itu?” pertanyaan laki-laki itu memaksa Jihyun mengangkat kepalanya –mendengar nama ayahnya disebut.
“Ah, ne annyeonghaseyo,” sapanya lantas membungkuk sopan. “Saya permisi dulu,” lanjutnya lagi.
“Wow wow, mau kemana nona manis?” tanya pria itu sambil menahan lengan Jihyun ketika Jihyun berusaha berjalan melewatinya.
Jihyun terkesiap dan reflex menyentakkan tangannya secepat kilat.
Pria itu menyipitkan mata menatap Jihyun, “Seorang nona besar sepertimu bisa galak juga rupanya,” gumamnya pelan. “Kau lebih sempurna dari yang orang-orang katakan, tapi itu  semua membuatku muak padamu karena mereka selalu saja membandingkanku denganmu,” terangnya kemudian.
Jantung Jihyun mulai mengentak-entak dadanya. Kata-kata itu dan nafas pria itu yang bau alcohol membuat sekujur tubuh Jihyun merinding. Apa maksud perkataannya? Apa Jihyun mengenal laki-laki ini? Rasa takut menjalar dalam tubuhnya dengan sangat cepat.
“Apa kau benar-benar sepolos yang orang-orang pikirkan? Bagaimana jika kita membuktikannya malam ini?” cengkeraman yang cukup kuat di bahu kanannya membuat Jihyun melonjak kaget. Ia berusaha mundur menjauhkan diri tapi laki-laki itu tidak lantas diam, ia terus melangkah maju mempersempit jarak antara mereka berdua. “Jangan macam-macam atau aku teriak,” ancam Jihyun.
. . .
Perempatan jalan terakhir sebelumSharp Star City, dorm Super Junior. Kyuhyun hampir juga berjalan lurus –melewati tikungan itu, kalau bukan mendengar suara aneh dari arah tikungan sebelah kanan saat ia tepat berada di perempatan jalan.
Hari sudah menginjak tengah malam, jarang ada orang yang masih berkeliaran pada jam-jam seperti ini ditambah lagi di area pemukiman penduduk. Semua pemikiran itu membuatnya sedikit ketakutan. Namun ketika mendengar suara teriakan -yang cukup memekakkan telinga, Kyuhyun sadar suara aneh yang ia dengar bukan berasal dari hantu atau hal-hal mistis semacam itu –yang selalu ia percaya benar keberadaannya.
Kyuhyun berjalan memngikuti tikungan itu –penasaran dengan sumber suara itu, dan tidak ada satu hal pun di dunia ini yang bisa mempersiapkannya menyaksikan apa yang sedang terjadi. Seorang laki-laki –yang sepertinya sedang mabuk, berusaha menghimpit yeoja yang ia cari –Park Jihyun.
Kyuhyun berusaha menjernihkan pikirannya sejenak, barangkali pikirang yang baru saja terlintas dipikirannya adalah salah besar. Tapi matanya langsung terbelalak lebar saat melihat laki-laki itu melancarkan aksinya, ia juga melihat Jihyun berusaha sekuat tenaga menahan laki-laki itu dengan tangan bergetar hebat. “YAKK!! LEPASKAN DIA!!” teriakannya menggema di jalan sepi itu.
Laki-laki itu langsung berhenti, sepasang matanya berkilat menatap Kyuhyun lalu kembali menatap Jihyun, “Apakah pangeranmu telah datang, Nona besar?”
Kyuhyun menatap Jihyun seakan meminta penjelasan atas apa yang ia lihat tapi Jihyun hanya bergumam tanpa mengeluarkan suara, “Apa yang kau lakukan disini? Pergilah, aku tidak butuh bantuanmu!”
Kyuhyun tidak memperdulikan perintah Jihyun. Ia berjalan mendekat lalu menarik tangan Jihyun membuat gadis itu terlindung di balik punggungnya. “Kau mengenalnya? Apa yang ia lakukan padamu?” bisik Kyuhyun.
Jihyun tidak menjawabnya –masih merasa takut dengan keadaan ini, cengkraman tangannya di lengan Kyuhyun mengencang hingga Kyuhyun bisa merasakan tangannya gemetar hebat.
“Haish, kau ingin cari masalah denganku?” kata pria itu sambil berjalan mendekati Kyuhyun dengan langkah terseok.
Tangan Kyuhyun terus mengepal –benar-benar kesal dengan kelakuan orang di depannya. Dia memang paling tidak bisa melihat wanita tersakiti, dan laki-laki di depannya telah membuat Jihyun ketakutan seperti sekarang. “Tananglah aku akan membereskannya,” bisik Kyuhyun.
Kata-kata Kyuhyun belum sempat dicerna Jihyun ketika mendengar teriakan pria jahat di depan mereka. “YAKKKKK!!!!” teriak pria itu. Kemudian semuanya menjadi kacau.
Kyuhyun menarik tubuh Jihyun ke samping ketika pria itu dengan cepat bergerak maju. Sebuah tinju ia layangkan ke rahang kanan pria itu. Ini untuk membuatnya ketakutan, batinnya. Orang itu terhuyung dan terjatuh ke belakang. Keduanya terlibat baku hantam yang sangan sengit.
Kyuhyun terjatuh ke tanah setelah menerima hantaman keras di rahang kirinya. Tenaga yang ia punya telah terkuras habis untuk melawan pria mabuk di depannya. Nafasnya mulai tak beraturan, keringat mengucur deras dari wajah tampannya, sudut bibir kanannya mengeluarkan tinta merah, dan rahang kirinya mulai membiru.
Entah sejak kapan pria mabuk itu membawa botol soju di tangan kirinya. Ia berjalan mendekati Kyuhyun yang masih tersungkur di lantai.
Jihyun berlari dan menahan tangan kiri pria itu –menahan apa yang akan ia lakukan, “Hentikan! Hentikan!” seru Jihyun denagn suara parau dan air mata yang mulai mengalir.
Pria itu merasa kesal dan langsung menampar Jihyun hingga menyisakan tangda merah di pipinya. Pria
Kyuhyun yang melihat kejadian itu hanya bisa diam –menahan amarah yang memuncak, karena tenaganya benar-benar telah terkuras habis. Ia bisa melihat pria itu bersiap mengayunkan botol kearah kepalanya namun tiba-tiba saja pria itu terjatuh karena lemparan sepatu Jihyun hingga tak sadarkan diri.
Jihyun berlari kearahnya, dengan hati-hati gadis itu memapah Kyuhyun untuk berdiri dan menninggalkan tempat itu.
Seorang Cho Kyuhyun terselamatkan nyawanya atas pertolongan seorang yeoja? Topik ini pasti akan booming bila dijadikan headline, pikir Kyuhyun.
. . .
Mereka  terus berjalan di udara yang dingin dalam keheningan, tak ada satupun yang ingin memulai pembicaraan. Jihyun juga terus memapah Kyuhyun.
“Jihyun-shi, bisakah kita istirahat sebentar?” pinta Kyuhyun.
Jihyun langsung mendekat ke trotoar jalan lalu membantu Kyuhyun duduk. Keduanya duduk berjongkok di pinggir trotoar. Sesekali tanpa Kyuhyun sadari Jihyun menoleh memperhatikan gerak-gerik namja itu. Memperhatikan siluet tubuhnya –yang terlihat bersinar di bawah sinar bulan, dari samping. Mulai dari ujung rambut, dahi, hingga berhenti di kedua bola matanya.
Mata itu, mencerminkan kedamaian. Memberikan rasa teduh saat Jihyun memandangnya. Mata itu, juga memberikan kesan angkuh dan tegas dari sang pemilik. Mata itu, Jihyun merasa sering menatap bola mata itu, tapi dimana? Ia bahkan baru mengenal sosok pemilik kedua mata itu, sesaat setelah Kyuhyun menjadi pasiennya.
Apa dia baik-baik saja? Pipinya mulai membiru, sudut bibirnya juga mengeluarkan tinta merah. Dari lubuk hatinya terdalam Jihyun ingin membantu Kyuhyun walau hanya sekedar mengobali lukanya, tapi ia merasa akan semakin canggung
Jogiyo…” akhirnya Jihyun dang Kyuhyun mengeluarkan suara bersamaan. Tapi merasa canggung dengan keadaan yang ada, keduanya memilih kembali diam.
Gomawoyo…” Jihyun memberanikan diri membuka pembicaraan. Paling tidak ia harus mengucapkan terima kasih karena Kyuhyun sudah menolongnya dan memang hanya satu kata itu yang terlintas di pikirannya saat itu.
Merasakan seseorang menggenggam tangannya dan berjongkok di depannya, membuat Jihyun mendongakkan kepala. Kyuhyun menggenggam tangannya –yang masih sedikit bergetar dengan kuat tapi lembut seakan ingin meyakinkan Jihyun akan sesuatu yang ia maksud.
“Tenanglah, aku akan selalu menjagamu”
Mata itu, telah membius seseorang yang ada di hadapannya.
***

Seoul, Korea Selatan, July 25th 2010
Tokk…tokk…tokk…
Ketukan dipintu ruangannya menyadarkan Jihyun dari lamunannya. “Masuk,” ujar Jihyun sambil mengalihkan pandangannya ke data pasien yang tertera rapi dalam layar computer di depannya.
Suara hak sepatu yang beradu dengan lantai terdengan selama beberapa saat, membuat Jihyun mengangkat kepalanya karena rasa penasaran. Jihyun melihat Suster Jisun –asistennya, masuk membawa box berwarna biru di depan dadanya. Box apa itu? Kenapa Misun eonni membawanya kemari? Pikir Jihyun
“Jihyun-shi ada kiriman untuk anda,” ujar Misun seakan mampu membaca pikiran Jihyun.
“Untukku?” tanya Jihyun heran. Ia merasa tidak sedang menanti kiriman barang dari shop online.
Nde, tadi pagi sudah ada di mejaku, tapi aku baru sempat memberikannya sekarang,” jelas Misun. Yeoja dengan balutan seragam suster itu keluar dari ruangna Jihyun setelah menyampaikan tujuannya.
Kiriman dari siapa? Pikir Jihyun. Dengan rasa penasaran yang amat sangat, Jihyun membuka penutup box di depannya. Namun didalamnya masih ada box dengan ukuran lebih kecil yang masih tertutup, begitu seterusnya hingga berulang tiga kali. “Yakk!! Orang ini coba mempermainkan Queen of Evil rupanya”, ujar Jihyun mulai merasa kesal.
Tapi betapa kagetnya Jihyun saat mengetahui isi box itu setelah membuka penutup box yang keempat. Stiletto kesayangannya yang sudah lama hilang –semenjak kejadian itu, kini ada di depan matanya.
“Huh? Bukankah sepatu ini sudah lama hilang?” Jihyun benar-benar tak mengerti. Pandangannya beralih ke sehelai kartu ucapan yang terselip di antara kedua sepatu itu.
 “Our memories are living in this shoes”
Benarkah aku menulisnya? Henry yang mengajariku, jadi kalau salah jangan menceramahiku seperti biasanya.
Baru membaca 2 paragraf awal dari kartu ucapan itu, Jihyun sudah bisa menebak dengan pasti siapa pengirim paket itu.
Mungkin bagimu, sepatu ini menyimpan kenangan buruk yang selalu ingin kau lupakan, tapi bagiku sepatu ini menyimpan kenangan indah pertemuan pertama kita. Memar di kepalaku bahkan baru hilang 2 hari setelah kejadian itu. Aku benar-benar berusaha mencari sepatu ini, dan sekarang aku harap kau mau menyimpannya untukku.
Ini jelas bukan kata-kata Kyuhyun, mana mungkin King of Evil bisa jadi seromantis ini, pikir Jihyun. Jihyun meraih i-Phone yang tergeletak di meja, ia manpak sibuk mengetikan sesuatu.
To : Jihye Park
Eonni, kekasihmu meracuni pikiran Kyuhyun lagi
From : Jihye Park
Jinjja? Apa lagi kali ini?
To : Jihye Park
Kyuhyun mengirimiku paket dan dalam kartu ucapannya berisikan kata-kata rayuan yang ingin membuatku muntah.
Jihyun teringat kembali dengan kartu ucapan yang belum selesai ia baca.
Mianhae, tahun ini aku tidak bisa menepati janjiku lagi, saat ada waktu aku akan membelikan sepatu atau tas yang kau mau, kau tahu kan pacarmu ini artis terkenal.
Nah, baru bait terakhir ini Jihyun yakin hasil karya pemikiran Kyuhyun sendiri. Ia tahu betul kemampuan seorang Cho Kyuhyun –yang hanya membutuhkan kaset game dan soal matematika dalam hidupnya itu, dalam merangkai kata-kata. Dan satu lagi yang tidak bisa hilang dari seorang idol bernama Cho Kyuhyun, hidupnya benar-benar dipenuhi kenarsisan.
Tapi, sepertinya ada yang salah dengan paket dan kartu ucapan ini. Jihyun melirik tanggalan di mejanya, “Pantas saja”, gadis itu baru sadar ia telah melupakan hari ulang tahunnya sendiri.
“Aku tak yakin kau benar-benar pria sejati Cho Kyuhyun, karena kau selalu melanggar janjimu.”
~ ENd ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar