Sabtu, 10 Desember 2011

-JiKyuVeel- Just Stay in My Side





Title : Just Stay by My Side
Author : Stella Park
Main Cast : Cho Kyuhyun (Super Junior)
                        Park Jihyun (OC)
Support Cast : Super Junior’s member
Rating : PG-17
Genre : Romance
For those who always support me,
Thank you…
Kyuhyun hanya menatap botol-botol soju yang berjejer rapi di hadapannya. Tak ada minat sedikitpun untuk meneguknya, walau sekedar untuk menghangatkan badan.
Ia dan boyband-nya baru saja meraih sebuah penghargaan untuk comeback Super Junior-M yang meraih sukses luar biasa. Management mengadakan private party untuk merayakan kemenangan itu.
“Kyuhyun-ah, jangan terlalu banyak minum, kau masih ada latihan untuk drama musical besok,” ucap manager hyung berusaha mengingatkan.
Benar. Kyuhyun memang mengingat semua itu. Semua schedule yang harus ia jalani. Ia bahkan mengingat semua itu di luar kepala, karena terlalu banyak dan terlalu sering orang yang mengingatkannya.
Kyuhyun menelungkupkan wajah ke kedua telapak tangannya, “Tenanglah hyung, aku tak akan melupakan itu semua,” ucapnya datar dan lemah, bahkan nyaris tak terdengar.
Kyuhyun memainkan jemarinya di atas screen i-Phone tanpa minat. Ia melihat inbox yang masuk ke nomernya. Kebanyakan inbox dari Jihyun. Sesibuk apapun gadis itu, ia akan selalu meluangkan waktu hanya untuk ‘berdebat’ dengan Kyuhyun, baik lewat sms maupun telfon.
Awas kau kalau berani membuang vitamin yang ku berikan!! Itu semua kubeli dengan mahal.
Makanlah masakan yang di buat Ryeowook oppa! Jangan membuang sayuran di dalamnya, Makan itu juga!!
Berani mabuk dengan wanita lain? Kau benar-benar akan mati di tanganku!!
Pesan yang sederhana bahkan kata-katanya terkesan sadis. Namun saat membacanya, senyum tak ingin lepas dari wajahnya. Entahlah, ia sendiri bingung. Mungkin ada sihir di setiap kata-katanya.
“Kyunnie, kau tidak menyuruh Jihyun untuk datang?” tanya Sungmin yang duduk tepat di hadapan Kyuhyun. Kyuhyun mendongak menatap hyung-nya sekilas lalu kembali memandang layar i-Phone. Jemarinya menari bebas di atas screen.
“Aigoo uri magnae-ah, kau sangat beruntung bisa berpacaran dengan sepupuku yang sangat amat baik dan cantik,” ucap Leeteuk ngelantur. Sepertinya leader boyband itu mulai mabuk. Leeteuk memang selalu saja iri dengan dongsaeng-nya. Bisa menjalani hubungan dengan seorang wanita yang mencintai dan dicintainya tanpa takut kariernya akan hancur bila hubungan mereka diketahui para fans. Tapi ia juga ikut bahagia melihat dongsaeng-nya bahagia.
“Kau itu jelek dan tua hyung, makanya tak ada yang mau padamu,” jawab Kyuhyun asal.
Heechul dan Sungmin yang masih sepenuhnya sadar, langsung mendelik tajam ke arahnya.
“Kyu-ah, aku setuju sekali denganmu…” kali ini Yesung buka suara. “Sudah tua, jel…AWAWAW” ucapan Yesung terhenti saat pukulan Heechul mendarat di kepalanya. Kyuhyun tertawa sekilas melihat kelakuan hyung-nya, “AWAWAW” kali ini Kyuhyun yang berteriak karena semua hyung-nya mendaratkan pukulan di kepalanya.
“Ya, ya, ya… berhenti bercanda, ayo kita foto bersama untuk kemenangan kita,” manager mereka berteriak memberi aba-aba setelah memasang timer kamera.
Hana, Teul, Seit, say kimchi
KIMCHI
Cekrekk
Blitz kamera langsung menyapu suasana seluruh ruangan.

Kyuhyun kembali menatap layar ponselnya. “Huh?” ucapnya kaget saat melihat layar ponsel. “Kanapa nomernya ada di layar ponselku?”.
Yakk!! Kim Kyu, sampai kapan kau hanya membayangkan wajahnya, telfonlah dia,” seru Heechul yang mulai mabuk, sambil mengayun-ayunkan tangannya di depan wajah Kyuhyun. “Atau mau kutelfonkan untukmu?” Kyuhyun baru menekan tombol dial saat Heechul tiba-tiba merampas ponselnya.
“Oh… Jihyun-ah, kemarilah seka…” belum sempat Heechul menyelesaikan perkataannya, Kyuhyun meraih ponselnya kembali, “Ijjashigi!!” umpatnya.
“  Oh, Miss Cho , jigeum eodiya?” Kyuhyun mendengar suara deru mobil saat ponsel menempel di telinganya.
Niga? Wae?” Jihyun merasa heran dengan nada dan cara bicara Kyuhyun yang tak seperti biasanya. Jihyun sekarang sedang dalam perjalanan pulang, setelah shiff malam. Karena umurnya yang masih muda, ia sering mendapat shiff malam di rumah sakit.  Mobil Hyundai i40 miliknya melaju tenang, mengarungi jalanan ditemani alunan lagu-lagu ballad kesayangannya. Super Junior-Endless Moment. Lagu Super Junior yang sangat ia sukai.
“Park Jihyun-shi, cepat kema… humh..hemh…” Tiba-tiba Heechul yang benar-benar telah mabuk berteriak lantang. Kyuhyun langsung membekap mulut hyung-nya itu. “Cepatlah pulang kau pasti lelah seharian merawat pasienmu,” entah kenapa kata-kata ini yang keluar dari mulut Kyuhyun. Ia sedang tak ingin menguras tenaga untuk berdebat dengan gadis itu walaupun sebenarnya pasti akan terasa sangat menyenangkan. Entah kenapa ia berfikir sekali-kali ia juga harus memperhatikan gadisnya, “Sampai di apartement aku akan menghubungimu lagi, araseo?” lanjutnya.
Tanpa sadar Jihyun mengerutkan keningnya. “Yakk, kepalamu habis terbentur sesuatu?”, ia merasa benar-benar ada yang konslet dengan jaringan di kepala Kyuhyun.
Kyuhyun hanya tersenyum sekilas mendengar apa yang Jihyun katakan. Jihyun bilang, ia selalu merasa risih saat Kyuhyun mulai menunjukan perhatikannya. Jihyun merasa Kyuhyun benar-benar bodoh saat itu terjadi. Gadisnya itu juga lebih menyukai sisi evil dirinya yang selalu berdebat dengannya dalam hal sekecil apapun, dibandingkan dengan Kyuhyun yang mulai bersikap romantic tapi terlihat mengerikan.
 “Jigeum eodiya?” Jihyun balik bertanya.
“Samkyeobsal restoran, di kawasan Abgeujeong, wae?” Ujar Kyuhyun menyebutkan tempat dimana ia berada.
Gidarilkke!”
Kyuhyun langsung memandang screen i-Phone-nya setelah sambungan telfon terputus. Ia mengambil botol soju di depannya, lalu mulai meminumnya segelas demi segelas. Berharap mimpi buruknya segera usai, walaupun ia tau kecil kemungkinan akan terjadi. Karena mimpi buruk itu, ia sendiri yang menginginkan sekaligus membencinya.
Berharap ia segera sampai di akhir terowongan gelap yang sedang ia lalui, walaupun ia tak tau berapa lama lagi, bahkan ia merasa ragu, apakah terowongan gelap itu memiliki ujung?
---
Jihyun menekan tombol reject di handphone-nya.
Ia merasa ada yang aneh dengan kekasihnya hari ini. Setelah sekian lama tak bertemu karena schedule Kyuhyun yang padat, biasanya namja itu akan mengrecokinya dengan kata-kata yang tidak penting, gurauan-gurauan garing. Yah, hal apapun yang bisa membuat keduanya saling tersenyum kesal.
Suara berat yang selalu membuatnya bergetar hebat saat mengalun membentuk not-not indah. Suara malaikat yang membuat hati yeoja di penjuru dunia terpikat. Seperti yang saat ini menemaninya dalam perjalanan.
Eodu-un georireul hemaedo nunmul heullil su eoptteon nayeonneunde
I couldn’t help but cry when I walked the dark streets
Suara yang selalu ia rindukan. Suara kedua dari lagu Endless moment, yang sangat ia sukai. Suara bass yang indah dan mengandung sihir tersendiri baginya.
Namun kali ini bebeda, suara berat itu terdengar sangat lemah.
Jihyun mengenal sekali siapa kekasihnya saat ini. Tak mungkin seorang druken master seperti Kyuhyun mabuk. Pasti sesuatu terjadi padanya.
Jihyun melesatkan mobilnya dengan kecepatan tinggi ke kawasan Apgeujeong. Untuk urusan yang satu ini-mengemudi- Jihyun berkali-kali lebih jago dibandingkan seorang Cho Kyuhyun.
Tak butuh waktu lama bagi Jihyun untuk sampai di kawasan Apgeujeong. Kawasan yang di penuhi restoran, bar, hingga butik ternama dengan neonbox menyilaukan. Ada juga kedai-kedai soju di persimpangan sempit. Bertambah ramai karena kebiasaan orang korea yang lebih suka berjalan kaki. Kawasan yang terkenal dengan gemerlapnya.
Jihyun memarkirkan mobilnya di pinggir jalan, dekat dengan Samkyeobsal restorant. Ia mengenali beberapa mobil yang terparkir tidak jauh darinya. Mobil Yesung oppa. Mobil Donghae oppa. Mobil Sungmin oppa. Dan yang paling mencolok, tentu saja sportcar Choi Siwon.
“Sepertinya memang ini tempat yang ia maksud,” serunya sambil melepas seatbelt. Jihyun meraih tasnya lalu keluar dari mobil.
“Daun-daun baru berguguran, tapi udara sudah sedingin ini,” keluh Jihyun sambil merapatkan mantelnya. Ia berlari-lari kecil memasuki restoran. Asap putih sesalu mengepul seirama dengan hirupan nafasnya.
“Jihyun-ah,” suara Sungmin membuat Jihyun menoleh ke meja mereka. Jihyun melambaikan tangannya sekilas, lalu berjalan mendekati meja mereka.
Annyeonghaseyo oppadeul,” sapa Jihyun sambil sedikit membungkukkan badan.
Beberapa member Super Junior menoleh sekilas ke arah Jihyun. Beberapa diantaranya bahkan terlalu berat untuk mengangkat kepala mereka. Soju benar-benar monster yang mengerikan, tapi juga obat yang menyenangkan bagi sebagian orang. Arak khas Korea itu bisa membuat orang yang sedang patah hati merasa senang, bisa juga menghangatkan tubuh di kala musim dingin mulai datang, atau seperti sekarang ini bisa membuat orang-orang tergeletak tak berdaya karena kehilangan kesadaran mereka
Kyuhyun menoleh sekilas ke balik punggungnya, melihat datangnya sumber suara. “Dasar keras kepala,” cibirnya saat Jihyun menarik bangku di sebelahnya.
Jihyun langsung mendelik tajam ke arahnya. Bukan karena kata-kata Kyuhyun, tapi karena bau alcohol yang sangat pekat saat Kyuhyun membuka mulutnya. Kini ia menyadari apa yang salah dalam diri Kyuhyun. Matanya terlihat sayu. Suaranya terdengar lirih tanpa semangat.
“Aku menyuruhmu pulang, bukannya malah ke tempat seperti ini,” lanjut Kyuhyun. Dia memang tak pernah suka gadisnya keluar malam apalagi ke tempat yang menyediakan soju seperti ini. Dia juga bingung kenapa bisa seperti itu. Hanya saja dia tidak ingin terjadi sesuatu yang membahayakan Jihyun. Mungkin Kyuhyun merasa khawatir?
Kyuhyun meraih gelas di depannya, berniat meneguk soju di dalamnya tanpa sisa. Namun sebuah tangan menghalangi niatnya. “Bukan aku yang butuh istirahat tapi kau, Kyu,” sahut Jihyun dengan nada sedikit lembut.
Member Super Junior yang lain mulai merasakan hawa-hawa tidak enak dengan tatapan evil couple ini. “Hyung, suruh mereka pulang, bisa gawat kalau mereka terus di sini,” bisik Eunhyuk ke telinga Sungmin. Ia membayangkan betapa banya kerugian yang harus ia bayar, kalau sampai evil couple membuat kekacauan di sini.
Araseo,” sahut Sungmin. Ia juga merasa khawatir dengan Kyuhyun, “Aku tau apa yang kau pikirkan, Hyukie-ah,”  lanjutnya.
“Istirahat kau bilang?” Kyuhyun yang setengah mabuk, mulai tersulut emosi. “Kau pikir aku punya waktu untuk istirahat? Kau bahkan tidak pernah istirahat, tapi selalu menyuruhku untuk istirahat!” Kyuhyun tersenyum miris. Merasa kasihan pada tubuhnya sendiri.
Jihyun lalu meneguk sisa soju yang ada di gelas Kyuhyun, “Yaakk!! Siapa yang mengijinkanmu minum?” kyuhyun mulai terpancing emosi. Ia tak pernah membiarkan Jihyun minum. Jihyun lanjut meraih botol soju di hadapan Kyuhyun, lalu meneguknya langsung dari botol. “Yakk!!” sentak Kyuhyun sambil merebut botol itu. Meja di depan mereka seakan terkena gempa kilat, saat Kyuhyun meletakan botol soju dengan kasar.
“Kau boleh minum sebanyak itu. Baru segelas soju yang kuminum tapi kenapa  kau  memarahiku seperti ini?”Baru beberapa teguk soju yang Jihyun minum sudah membuat mukanya merah padam. Member Super Junior yang mengamati mereka sedari tadi mulai angkat bicara, “Kyu-ah, cepat antar Jihyun pulang,” ujar Siwon.
“Kyu, kau tau ‘kan, sepupuku tak kuat minum?” sindir Leeteuk setengah sadar.
“Kyu, pulanglah dulu,” titah Sungmin.
Kyuhyun langsung berdiri dari bangkunya dengan kasar, ”Yakk!! Lepaskan aku!!”, ia menarik Jihyun dari bangkunya. Menariknya keluar dari restoran itu tanpa mengucapkan apapun pada member Super Junior yang ada di sana.
“Mereka benar-benar mengerikan.” Member Super Junior dengan kompak mengatakan kalimat ini.
---
Jihyun terus menatap keindahan malam Seoul yang dihiasi lampu-lampu kota, dari kaca jendela di sampingnya. Tidak berani melihat orang yang sedag mengemudikan mobilnya. Jihyun tahu, Kyuhyun sedang benar-benar marah padanya kali ini karena dia telah melakukan hal yang paling Kyuhyun benci darinya dan dia terlalu takut akan kemarahannya yang mungkin akan meledak-ledak lagi.
Perasaannya benar-benar kacau saat ini.
Kekecewaan.
ketakutan.
Semua bercampur menjadi satu.
Kecewa, bukan pada Kyuhyun tapi pada dirinya sendiri. Di saat seperti ini ia benar-benar merasa bukan pacar yang baik untuk Kyuhyun. Ia selalu terlambat memahami suasana hati Kyuhyun.
Takut. Mata Kyuhyun yang bulat melotot, tulang pipinya mengeras, tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya pucat. Kyuhyun yang seperti itu, membuatnya benar-benar ketakutan.
Kepalanya terasa berputar. Perutnya juga mual. Semua akibat keberaniannya meneguk soju. Ia tau benar tentang pencernaannya yang tidak beres, apa lagi jika bersentuhan dengan soju atau hasil fermentasi lainnya. Tapi hari ini ia nekat meminumnya karena benar-benar tidak tahan melihat tingkah Kyuhyun yang sungguh kekenakan.
Tanpa ia sadari air matanya mengalir membentuk sungai kecil yang mengalir turun membasahi kemeja peach-nya.
Kyuhyun dapat melihat Jihyun sedang mengelap pipinya dengan punggung tangan, dari sudut matanya. Ia menghela nafas berat. “Gomawo, telah mengacaukan pesta kemenangan kami,” ia berusaha membuka percakapan, tapi nada sinis tidak pernah mau lepas dari kata-katanya. Masih merasa kesal dengan sikap Jihyun di restoran tadi.
“Kenapa kau melampiaskan kekesalanmu padaku?” Jihyun memberanikan diri mengutarakan apa yang saat ini ada di pikirannya, walau dengan susah payah sambil menahan tangisnya. “Kau selalu saja seperti ini, memaksakan diri dengan semua yang harus kau lakukan,”
“Saat aku bertanya ‘Kau sakit?’, yang kau katakan hanya ‘Aku baik-baik saja’,”
“Tapi setelah benar-benar ingin meledak, kau selalu melampiaskannya padaku,”
“Cish, kau pikir aku batu? Kau bisa melampiaskan apapun yang kau rasa tanpa memperdulikan apa yang aku rasakan,” cibir Jihyun seraya tersenyum miris. Miris dengan apa yang ia alami.
Kyuhyun bisa melihat dari sudut matanya. Gadis di sampingnya menangis, walaupun baru saja keluar kata-kata sadis dari bibirnya. Ia langsung membanting kemudi ke kiri. Menghentikan mobilnya di pinggir jalanan yang mulai lengang, karena malam yang semakin larut.
Setelah mobil benar-benar berhenti, Kyuhyun membenamkan kepalanya di roda kemudi. Lagi-lagi merenungkan apa yang ia lakukan hari ini.
Saat mendengar kata-kata Jihyun, dadanya seakan di hantam dengan begitu kerasnya. Tak ada satupun dari kata-kata gadis itu, yang salah.
“Aku benar-benar muak”, gumamnya.
Ceklekk
Kyuhyun menoleh ke arah datangnya suara. Kemana yeoja disampingnya, kenapa tidak ada siapapun di sana ?
Kyuhyun celingukkan, menatap keluar mobil. Seketika ia melihat siluet tubuh Jihyun. Yeoja itu sedang berjongkok di dekat pohon yang daunnya mulai coklat.
Ia mengamati apa yang dilakukan Jihyun sejenak, tapi yeoja itu bahkan tidak bergerak sedikitpun, hanya terus berjongkok di tengah udara dingin.
“Apa dia ingin alerginya kambuh lagi?” Kyuhyun masih sempat mencibir saat memakai kacamata hitam dan scraft tebalnya. Ia membuka pintu, lalu berjalan keluar mendekati Jihyun.
Babbo!” Kyuhyun sebenarnya khawatir melihat Jihyun megeluarkan isi perutnya. Kyuhyun mendesah berat sebelum akhirnya membantu Jihyun. Menepuk-nepuk punggung gadis itu.
Hueekk *bayangin aja suara orang muntah.
“Pergilah, aku tak butuh bantuanmu!” Jihyun menepis tangan Kyuhyun saat namja itu membantunya berdiri. Namun karena tidak bisa menjaga keseimbangan di atas high heels yang ia pakai, akhirnya langkah Jihyun agak terseok. Kyuhyun langsung membantunya, walau Jihyun tetap menolak, Kyuhyun tetap menarik yeoja itu. Memapahnya kembali ke mobil. “Berhentilah memperdulikanku!,” pekiknya.
Kyuhyun melepas scraft yang ia pakai, lalu melilitkannya ke leher Jihyun.
Selalu saja seperti ini. Menebus kesalahan yang ia buat, dengan perhatian yang ia berikan. Namun tanpa menjelaskan apapun yang telah terjadi.
Hening begitu lama. Kyuhyun hanya berjongkok di bawah Jihyun, yang duduk di jok mobil sambil menghadapnya. Kyuhyun menggosokan telapak tangannya, lalu menempelkannya di pipi Jihyun, berusaha menghangatkan badan Jihyun. Tetap dalam keheningan.
“Kau ingat saat pertama kali kita bertemu?”, pandangan Jihyun menerawang ke waktu 3 tahun yang lalu. Saat ia dan Kyuhyun pertama kali bertemu.
“Saat itu aku mulai berfikir ‘Dia pasti akan melindungi wanita yang ada bersamanya’, mulai saat itu aku juga mulai percaya dengan semua yang kau katakan padaku.”
“Kau melarangku keluar malam terlebih sendirian, mulai saat kau mengatakannya aku meminta Jieun Eonni untuk selalu menemaniku,”
“Kau melarangku menangis di depan orang lain, aku juga tidak pernah menangis, walau kadang bila benar-benar ingin, aku tetap menangis dalam keheningan.”
“Semua yang kau katakan selalu aku lakukan, aku selalu mempercayaimu…” Jihyun menatap kedua bola mata Kyuhyun, melihat masihkah sama dengan 3 tahun yang lalu, tatapan yang selalu membuatnya tenang sekaligus tatapan yang  sangat ia benci. Semuanya masih sama, kedua mata itu selalu membuatnya merasa lemah, membuatnya ketergantungan, membuat Jihyun tidak ingin kehilangannya.
“Tapi, kenapa kau tak pernah mendengarkan kata-kataku? Dari 1-10, tak ada satupun kata-kataku yang kau dengarkan, kau tau betapa khawatirnya diriku mendengar semua berita tentangmu? Nappeun saramiya!?!” cibirnya sambil meninju bahu Kyuhyun, berkali-kali.
Kyuhyun menahan tangan Jihyun. Menggenggamnya. Mengalirkan sedikit hangat tubuhnya ke tubuh Jihyun yang mulai menggigil. Alerginya akan kambuh bila tak cepat mendapat kehangatan. Perlahan Kyuhyun menuntun Jihyun ke pelukannya. Berusaha membuatnya lebih nyaman.
Nappeun saramiya!” gumam Jihyun tertahan di pelukan Kyuhyun. Jihyun benar-benar benci saat-saat seperti ini.
Saat Kyuhyun merengkuh kepalanya. Mengelus kepala dan bahunya, membiarkannya terisak,  melampiaskan semua emosinya tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Seakan hanya berusaha memahami apa yang terjadi, tanpa mau tahu mengapa Jihyun mengangis.
Kyuhyun melepaskan pelukannya, menatap yeoja di depannya dengan penuh kasih sayang, walau yang ditatap hanya menundukan kepala. Kyuhyun mengangkat dagu Jihyun, agar yeoja itu mau menatapnya.
Entah angin apa yang membuat Kyuhyun ingin melakukannya, “Sorry for this night, I want to be bad boy,” Kyuhyun meletakan tangannya di pipi kiri Jihyun sementara tangannya yang lain masih mengangkat dagu yeoja yang lebih pendek 10cm darinya itu. Perlahan tetapi pasti, ia merengkuh wajah Jihyun mendekat. Keduanya memiringkan kepala mereka ke kanan lalu memejamkan mata bersama.
Park Jihyun, neon jinjja micheoseo!?!. Jihyun terus mengumpat dalam hati.
Beberapa detik kemudian bibir mereka sudah bertautan menjadi satu.
Sebuah ciuman yang hangat, lembut, dan romantis. Tidak ada nafsu ataupun emosi disela ciuman mereka. Hanya sebuah luapan perasaan yang sedang mereka rasakan.
Sebuah first kiss yang tidak akan terlupakan oleh Park Jihyun.
---
“Jaga dirimu baik-baik…” Kyuhyun menggantungkan kata-katanya, tak berniat melanjutkan kalimatnya hingga akhir. Tidak lupa tetap menjaga konsentrasi mengemudinya. Jari-jarinya menggenggam roda kemudi dengan erat, berusaha mengemudi sebaik mungkin agar tidak mengulang kecelakaan yang pernah ia alami untuk kedua kalinya.
Merasa tak mendapat tanggapan apapun dari Jihyun, membuatnya merasa sedikit kesal, “Yakk!!” teriaknya.
Mwoga?” hanya satu kata itu yang keluar dari mulut Jihyun. Jihyun tetap tidak mau menatap lawan bicaranya. Ia benar-benar malu, bila mengingat kejadian beberapa menit yang lalu.
“Kau masih marah padaku?” Kyuhyun mendesah berat saat menyadari jawaban yang pasti keluar dari mulut Jihyun. “Jangan pernah seperti ini lagi, aku tak suka melihatnya. Jaga dirimu baik-baik, setidaknya selama aku pergi, jangan membuatku khawatir.” titahnya.
Eodikka?” tanya Jihyun tak mengerti dengan maksud kalimat terakhir Kyuhyun. Kali ini ia memberanikan diri untuk menatap Kyuhyun.
Kyuhyun tersenyum sekilas. Akhirnya Jihyun mau merespon kalimatnya. “China,” ujar Kyuhyun. “Management bahkan telah menyiapkan apartement untuk dorm kami di sana.”
Kyuhyun tidak tahu, mengapa kata-kata itu mengalir begitu saja dari mulutnya? Ia seperti seorang namjachingu yang memberikan perngertian kepada kekasihnya tentang apa yang akan ia lakukan.
Tapi hubungannya dengan Jihyun sangatlah sulit untuk diartikan. Mereka memang sepasang kekasih, tapi ada kalanya mereka perang dingin di saat tertentu. Bahkan perang dingin itu lebih sering terjadi, dari pada adegan-adegan romantic yang umumnya dipamerkan oleh sepasang anak manusia yang dimabuk asmara. Karena, mereka memang membenci adegan-adegan romantic seperti memanggil pasangannya dengan sebutan “jagi”, “baby”, atau yang lainnya.
Lagipula, cinta itu sesuatu yang konkret, bukan hanya dilihat dari kata-kata atau tingkah manis belaka.
Jihyun memandang Kyuhyun sekilas sambil terus berusaha menyembunyikan keresahan di lubuk hatinya, lalu bertanya, “Kapan kau akan berangkat?”
“Setelah pembuatan video klip Fly aku dan Wooki baru akan berangkat, tapi yang lainnya akan berangkat besok,” sahut Kyuhyun.
Jihyun mencibir, kebiasaan seorang Cho Kyuhyun yang tak ‘kan pernah berubah lantas berkata, “Bisakah kau lebih sopan pada Oppadeul?”
---
Dia bilang ia akan pergi lagi? Bukankan seharusnya Jihyun sudah terbiasa dengan ini semua? Bahkan mereka sempat menjalani longdistance selama 2 tahun. Tapi, mengapa sekarang ada perasaan tak rela menyelip di relung hatinya?
Jihyun menundukkan kepalanya. Ia bahkan belum puas memecahkan soal matematika bersama Kyuhyun, itulah satu-satunya kegiatan yang benar-benar keduanya sukai.
Jihyun tidak pernah keberatan dengan semua jadwal Kyuhyun yang mengharuskan namja itu berada jauh darinya, Jihyun mengerti itu semua resiko yang telah ia pilih saat menerima Kyuhyun dalam kehidupannya. Tapi terkadang ia merasa waktu yang mereka lalui bersama benar-benar terasa terlalu singkat dan begitu cepat berlalu.
Bila Jihyun boleh meminta satu permintaan saja kepada Tuhan. Ia akan memohon agar Tuhan mau menghentikan waktu paling tidak selama 1 jam, agar ia terus bisa bersama namja di sebelahnya.
Park Jihyun, kau tau ‘kan ini semua demi mimpinya? Kau hanya perlu mendukungnya seperti yang selama ini kau lakukan. Keurae, hanya itu yang perlu aku lakukan.
 Jihyun terus berkutat dengan pikirannya sendiri hingga tidak menyadari Kyuhyun terus memanggil namanya.
Huh? Wae?” Jihyun baru tersadar saat sebelah tangan Kyuhyun yang tak mengendalikan kemudi, mulai menggoncang bahunya.
“Jangan berfikir macam-macam, aku hanya melaksanakan kewajibanku,” ujar Kyuhyun, “Aku akan baik-baik saja, percayalah padaku. Kau tidak perlu khawatir.” Kyuhyun berusaha meyakinkannya.
Jihyun hanya tersenyum samar, lantas kembali memandang kerlap-kerlip lampu kota melalui kaca mobil.
---
Keesokan harinya, Jihyun kembali dengan aktivitasnya seperti biasa. Di pagi hari ia sebagai ‘ibu’ memandikan, membuat sarapan, dan membantu Cheonsa bersiap untuk pergi ke taman bermain. Jihyun selalu menitipkan anak asuh-nya itu ke taman bermain saat ia terlalu sibuk dan tidak ada seorangpun yang bisa menjaga Cheonsa. Setelah itu biasanya ia akan langsung menuju ke kampus atau Samsung Medical Center.
Dalam perjalanan ke rumah sakit, Jihyun menyempatkan diri untuk membuka account twitter-nya.
GaemGyu : I’m sorry… I’m so sorry…
Tumben sekali ia online? Bukankah semalam dia bilang akan benar-benar sibuk mulai hari ini?, batin Jihyun. Kyuhyun memang sering menghabiskan waktunya dengan ‘internet’ tapi semua orang juga tau, bila seorang Cho Kyuhyun berada di depan computer hanya satu hal yang pasti ia lakukan. Bermain Game.
Saat taksi yang ia tumpangi berhenti, Jihyun menyerahkan beberapa lembar uang won kepada sopir taksi yang mengantarnya, “Gamsahamnida, ahjussi.”
Langkah Jihyun terhenti sejenak saat melihat mobil dari beberapa stasiun TV keluar-masuk pekarangan rumah sakit. Ia hanya menggedikan bahu tidak mengerti, lalu melenggang masuk melalu pintu samping rumah sakit yang lebih dekat ke ruangannya. Sekarang ia punya ruangan sendiri, ia telah diangkat sebagai manager di rumah sakit itu.
“Super Junior- Kyuhyun, kembali mengalami kecelakaan…” Jihyun langsung menoleh ke seorang reporter yang sedang menyiarankan berita secara langsung di dekatnya. Langkahnya otomatis terhenti.
Apa yang baru saja ia katakan? Ada apa dengan Kyuhyun? Kecelakaan? Mengapa satu kata itu selalu muncul di benaknya.
Sebuah mobil van melintas di depan Jihyun, dan ia tahu betul seseorang di balik kaca mobil yang sedang berusaha tersenyum ke arah kamera yang menyorotnya dari luar. Jihyun memenekan deretan angka yang ia hafal, ia ingin memastikan apa yang sebenarnya terjadi.
“Kau telah mendengarnya?” kentara sekali nada lelah dari Kyuhyun saat mengangkat telfonnya.
“Mendengar apa?” Jihyun berusaha meyakinkan dirinya sendiri, tidak ada yang terjadi. Kyuhyun pasti baik-baik saja.
Mianhae, jeongmal mianhae” Jihyun mendesah berat saat kata itu yang di dengarnya. “Lagi-lagi aku membuatmu kawatir, tadi pagi…”
Keumanhae…” Jihyun tak membiarkan Kyuhyun menyelesaikan kalimatnya. “Aku tak mau kau menceritakannya!” perintahnya sambil menahan air matanya yang mulai ingin mengalir. Sejak kapan kau jadi secengeng ini? Selama ini kau yeoja yang kuat, dan akan terus seperti itu selamanya!
Kyuhyun tersenyum mendengar kata-kata Jihyun, walaupun ia tau yeoja itu tidak bisa melihat senyumannya. “Gomawo, karena terus mengkhawatirkanku. Aku tahu kau merasa kesal tiap kali aku tidak mendengarkan ucapanmu. Aku tahu kau mungkin mulai bosan dengan apa yang kita jalani. Aku tahu  kau pasti lelah dengan semua ini,” ucap Kyuhyun dengan pandangan nanar.
Jihyun mendengarkan apa yang dikatakan Kyuhyun baik-baik sambil kembali melagkahkan kakinya menyusuri lorong-lorong yang menghubungkan pintu samping dengan ruangannya. Dia menghela nafasnya sejenak lantas menghembuskannya perlahan, “Benarkah kau tahu semua itu? Aku tak pernah menyadarinya”, ujarnya. “Jadi, jangan pernah mengatakan itu lagi. Walaupun kau tahu itu semua. Terus berpura-puralah kau tidak mengetahuinya, jangan pernah menceritakannya padaku. Yang perlu kau lakukan hanya terus bersamaku. Memberiku energi untuk selalu mendukung langkah yang kau ambil.” Jihyun bisa mendengar isakan kecil disela pembicaraan mereka. Apakah ia menangis?
Mungkin ini puncak dari semua yang Kyuhyun rasakan semalam. Jihyun hanya membiarkan keduannya larut dalam keheningan. Kali ini Jihyun ingin membiarkan namja-nya meluapkan segala yang ia rasakan selama ini. Sekali saja. Ia ingin membiarkan Kyuhyun menangis.
“Aku…selalu mendukungmu” ujar mereka bersamaan.
“Kau hanya perlu tahu itu” lanjut Jihyun lalu mengakhiri pembicaraan mereka. Ia harus segera menyelesaikan pekerjaannya sebelum jam makan siang.
Terkadang cinta tak butuh kata-kata. Hanya sebuah tindakan kecil darinya sudah bisa membuat kita percaya dan yakin. Just stay by his side, until he said you to go away from him.
-ENd-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar